Rabu, 14 Juli 2010

sejarah mp

Sejarah Merpati Putih Cetak E-mail


Image Pencak Silat Merpati Putih adalah merupakan peninggalan dari keluarga kerajaan Indonesia. MP di kembangkan pada tahun 1550 dan di turunkan dari generasi ke generasi dengan sangat ketat, dari Ayah ke anak-anak nya, dan hanya di ajarkan oleh raja untuk penerusnya. Selama lebih dari 400 tahun, MP sangatlah jarang bisa di lihat oleh orang awam diluar keluarga kerajaan.

Dengan Merpati Putih, kita dapat mempelajari cara-cara membela diri dan menyembuhkan diri sendiri, yang pada saat bersamaan menjadikan kita menjadi lebih pengasih, tenteram dan meningkatkan spritualitas kita. Pada saat ini, sudah lebih dari 1.000.000 orang Indonesia yang mempelajari tehnik dari MP dengan lebih dari 100.000 anggota yang aktif. MP tidak hanya menjadi anggota dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), tetapi juga dijadikan sebagai latihan standard untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Komando Pasukan Militer (Kopassus) serta Pasukan Pengawal Presiden.

Beladiri Merpati Putih sendiri berawal dari Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro, yang di turunkan langsung untuk anak-anak beliau. Beladiri ini kemudian di wariskan kepada Raden Saring Hadi Purnomo, yang menjadi ketururunan ke-10 (Grat-X) dari Kartosuro. Berikut adalah daftar lengkap garis keturunan Kartosuro :

BPH ADIWIDJOJO GRAT I
PH SINGOSARI GRAT II
R Ay DJOJOREDJOSO GRAT III
GAGAK HANDOKO GRAT IV
RM REKSO WIDJOJO GRAT V
R BONGSO DJOJO GRAT VI
DJO PREMONO GRAT VII
RM WONGSO DJOJO GRAT VIII
KROMO MENGGOLO GRAT IX
SARING HADI POERNOMO GRAT X
POERWOTO HADI POERNOMO
BUDI SANTOSO HADI POERNOMO
GRAT XI


Latar belakang didirikannya PPS Betako Merpati Putih adalah hasil pengamatan Sang Guru, Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an yang prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah milik bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang sama dalam melestarikan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan negara. Seni budaya Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.

Atas dasar hal tersebut tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa, dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa "sikap dan perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada hasilnya". Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan yaitu:

SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA.

Dalam mengembangkan ilmu beladiri ini Sang Guru mengamanatkan empat sikap, watak, dan perilaku yang harus ditumbuhkan yaitu: (1) rasa jujur dan welas asih, (2) percaya pada diri sendiri, (3) keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan (4) menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan amanat Sang Guru, kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo bertekad mengambil langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk kepentingan nasional.

Atas berkat dan rakhmat dari Tuhan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, kedua pewaris membentuk Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH dengan filosofi MERSUDI PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING, yang secara harafiah berarti "Mencari sampai mendapat tindakan yang benar dalam ketenangan".

Pada periode 1995-1998 ini Ketua umum organisasi PPS Betako MERPATI PUTIH adalah Letjen TNI (Purn) Solihin GP, sedangkan Dewan Pembinanya adalah Bapak Surono, Bapak Tjokropranolo, Bapak Sugiarto, Bapak Ismail Saleh, SH., Bapak Ir. Azwar Anas, Bapak Ir. Hartarto, dan Bapak Eddy M. Nalapraya.

FILOSOFI

Merpati Putih, sebuah nama yang mengandung arti luas dan mendalam, singkatan dari "Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, yang secara harafiah dapat diartikan dengan "Mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dalam ketenangan".
Ungkapan tersebut kemudian menjadi dasar filosofis perguruan yang menggambarkan semangat dan dinamika anggota dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Masih banyak yang perlu dipahami oleh anggota dalam kaitannya dengan filosofis perguruan serta hal-hal yang terkandung dalam EMPAT SIKAP, WATAK DAN PERILAKU. Masih banyak pula yang harus dikerjakan oleh pengurus di seluruh jajaran organisasi agar pengkajian, penghayatan dan pelaksanaannnya dapat memberikan manfaat bagi manusia.

TRY-PRASETIA adalah janji yang harus diucapkan oleh setiap anggota yang menunjukkan tekad mereka akan sebuah kesepakatan. Keterikatan dan peran serta baik pribadi maupun bersama dengan anggota lain adalah suatu konsensus, yang meliputi :

  • Taat dan Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Mengabdi dan berbakti kepada Nusa, Bangsa dan Negara Indonesia
  • Setia dan taat kepada perguruan

Dalam rangka meningkatkan peran serta anggota terhadap misi Merpati Putih serta peran serta perguruan dalam pembinaan dan pengembangan budaya bangsa Indonesia, ditetapkan semboyan yang diharapkan memotivasi perwujudan peran serta tersebut, yaitu : "SUMBANGIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA"

Dengan demikian tanggung jawab tersebut tidak hanya berlaku bagi diri pribadi tapi lebih jauh lagi adalah kewajiban perguruan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

AMANAT SANG GURU"

Saat ini aku merasa ada harapan mampu mewariskan ilmu-ilmu yang kumiliki ini kepadamu. Akan tetapi bukan berarti sampai disini saja tujuannya. Dan mulai saat ini pula kita harus memberanikan dari mengamalkan ilmu tersebut demi kepentingan masyarakat banyak.

Artinya, ilmu ini tidak hanya diturunkan kepada keluarga saja, melainkan dikembangkan juga untuk kepentingan masyarakat. kembangkanlah untuk kepentingakn Nasional. Amalkan untuk kepentingan Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Sebab dengan cara kita berusaha mengembangkan budaya bangsa, sama artinya kita mempertahankan identitas bangsa. Karena budaya adalah salah satu unsur perwujudan kepribadian bangsa.

Pencak silat sebagai alah raga bela diri besar manfaat dan faedahnya dalam pembentukan diri dan pribadi. "Diri melihat bentuk fisik, yang artinya kondisi fisik sehat, sedang pribadi, dilihat dari segi penampilan, sikap budi, yang lebih cenderung disebut : sikap mental dan moral"

Empat sikap watak dan prilaku yang menjadi banyak orang belajar pencak silat :

  • Akan menumbuhkan rasa jujur dan welas asih.
  • Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri sebab didasarkan pada kemampuan yang dimikliki diri pribadi.
  • Dalam mempelajari pencak silat akan mendalami masalah keserasian dan keselarasan gerak, dan hal ini terwujud dalam sikap serta penampilannya sehari-hari.
  • Bagi pesilat yang benar-benar menghayati apa yang didapatkan dari sistem pelajaran akan menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

"Kepribadian yang kuat, memahami hidap dalam kehidupan"


(Di ambil dari Situs Silat Indonesia)